Monster Ganas yang lahir Pasca Pandemi Covid-19
Sumber : https://www.pexels.com/ |
Ada sebuah Konferensi di Melbourne Australia tentang psikologi kebahagiaan ( World Congress on Positive Psychology ) dan dihadiri oleh Founder Positive Psychology yaitu Profesor Martin Seligman. Beliau mengatakan bahwa, saat ini semua ukuran kemajuan umat manusia sedang naik drastis. dimulai dari tingkat kematian bayi yang turun, tingkat harapan hidup naik drastis dari standar umur 40 tahun menjadi standar umur 80 tahun. Kondisi dibandingkan saat ini jauh lebih baik jika puluhan tahun ke belakang.
Jumlah orang yang meninggal gara-gara perang jauh turun drastis dari jutaan pada zaman Perang Dunia hingga sekarang cuman puluhan ribu. Angka kematian dari bencana alam, kecelakaan, semuanya perlahan membaik. Bahkan teknologi telah membuat hidup jauh lebih sejahtera dan jauh lebih mudah.
Dibalik dinamika dunia yang semakin baik, satu-satunya yang turun drastis kata beliau adalah kesehatan mental. Jadi memang aneh, sekarang ini banyak sekali orang yang membuat stres hidupnya, orang dapat terhubung ke manapun berada di dunia lainnya melalui media sosial tapi nyatanya membuat kesepian. Jumlah hiburan di dunia sangat banyak sekali dan bervariasi Just One Click away dan tinggal Klik di smartphone atau geser dengan jempol. Hiburan apapun kini tersaji secara terjangkau dan murah untuk semua orang.
Tapi nyatanya banyak orang semakin merasa depresi. Tingkat depresi naik drastis, bunuh diri bahkan dikalangan remaja naik tingkat yang tidak pernah terjadi sejak puluhan tahun terakhir. Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk yang berumur di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun mengalami depresi. bayangkan saja, prevalensi orang dengan gangguan jiwa 1 dari 5 orang yang artinya sekitar 20% populasi di Indonesia memiliki potensi masalah gangguan jiwa. Lebih tepatnya 20% dari total penduduk 250 Juta jiwa di Indonesia mungkin mengalami depresi atau gangguan jiwa.Berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016, diperoleh data bunuh diri pertahun 1.800 orang. Setiap hari ada 5 orang yang melakukan bunuh diri, serta 47,7% korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.
Sumber : https://www.pexels.com/ |
Angka ini dapat meningkat setiap tahunnya. Senada dengan hal tersebut berdasarkan riset yang dilaporkan pasca terjadinya covid-19 oleh news.unair.ac.id pada
tahun 2022, diperoleh data bahwa orang yang mengalami depresi di Indonesia meningkat 35% atau naik 2-3 kali lipat dibandingkan dengan data Riset Kesehatan Dasar 2018 .
Begitu menyaksikan corona, lahirlah monster dari diri kita sendiri. Monster tersebut semakin merajalela, semakin tinggi tingkat keparahannya.
Masih banyak orang yang belum tahu cara menggenggam dan mencegah depresi. Tuntutan hidup yang berat dan pada stres yang kemudian menimbulkan gangguan kesehatan mental. Akibat terburuknya, beberapa penderita depresi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Padahal, kesadaran akan masalah mental tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Depresi bisa dialami siapa saja, tidak mengenal batasan umur bahkan status sosial. Dalam kehidupan setiap manusia, tentu tidak pernah lepas dari jerat masalah hidup. Terkadang kita merasakan kondisi stres ketika berada dalam tekanan.
Apa sih itu depresi? Depresi merupakan suatu kondisi dimana perasaan sedih berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, emosional, serta kesehatan mental seseorang. Orang yang terserang depresi biasanya akan merasa hilang semangat ataupun motivasi, terus menerus sedih, terkucilkan dan menarik diri dari lingkungan sosial. Kondisi ini bisa berlangsung selama enam bulan atau lebih parah akibat depresi yang melakukan tindakan bunuh diri.
Penyebab depresi itu sendiri bermacam-macam, karena masalah tiap individu juga sangat kompleks dan beragam. Trauma akibat kehilangan orang tercinta, tidak mendapat TPP selama 5 bulan , mendapatkan perlakuan buruk di lingkungan sosial dan lain sebagainya. Beberapa hal tersebut disinyalir memicu terjadinya depresi dalam diri seseorang.
Studi menyebut risiko gangguan mental juga berakibat pada korban bullying . Riset yang dilakukan National Institute of Occupational Health menyebut bullying
merupakan penyebab bunuh diri yang paling sering dilupakan. Seiring dengan perkembangan teknologi, bullying tidak hanya terjadi di dunia nyata tapi juga menyebar di dunia maya yang dikenal dengan istilah ' Cyberbullying '. Pelaku Cyberbullying lazimnya melemparkan umpatan berupa komentar-komentar negatif yang cenderung menjadi korban.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap 40 detik terdapat satu orang yang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Jika ditotal, maka terdapat sekitar 800 ribu orang yang dilaporkan melakukan bunuh diri setiap tahunnya.
Dalam perspektif Islam, depresi yang dialami manusia sebenarnya telah disinggung di Al-Quran Tertulis di dalam surat Al-Zukhruf ayat 68, melalui firman-Nya:
ادِ لَا لَيْكُمُ لْيَوْمَ لَآ
Arab-Latin: Yā 'ibādi lā khaufun 'alaikumul-yauma wa lā antum taḥzanụn
Artinya: "Wahai hamba-hamba-Ku! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari itu dan tidak pula kamu bersedih hati".
Referensi : https://tafsirweb.com/9264-surat-az-zukhruf-ayat-68.html
Selain itu, Allah juga menjamin kita terpelihara dari kata Ia berkata di surat At-Taubah ayat 40:
إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Arab-Latin: Illā tanṣurụhu fa qad naṣarahullāhu iż akhrajahullażīna kafarụ ṡāniyaṡnaini iż humā fil-gāri iż yaqụlu liṣāḥibihī lā taḥzan innallāha ma'anā, fa anzalallāhu sakīnatahụ 'alaihi wa ayyadahụ bijunụdil lam tarauhā wa ja'ala kalimatallażīna kafarus-suflā, wa kalimatullāhi hiyal -'ulyā, wallāhu 'azīzun akīm
Artinya: Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, "Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita." Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Referensi : https://tafsirweb.com/3056-surat-at-taubah-ayat-40.html
Ayat tersebut seolah jadi pengingat agar kita selalu percaya bahwa Allah sungguh bahkan dengan mengingatnya saja, menjadi tentram jauh dari rasa hanya dan Kesedihan merupakan situasi yang paling disukai oleh kedua karena Allah bisa berharap hati manusia akan kasih kasih sayang . Ketika berada dalam tekanan, sebagian orang mengambil jalan pintas dengan cara hidup sendiri Padahal hal tersebut merupakan dosa besar Allah Ta'ala berfirman di surat An-Nisa 29-30:
ا لَّذِينَ امَنُوا۟ لَا لُوٓا۟ لَكُم لْبَٰطِلِ لَّآ اضٍ لَا لُوٓا۟ للَّهَ ا ا
yā ayyuhallażīna āmanụ lā ta`kulū amwālakum bainakum bil-bāṭili illā an takụna tijāratan 'an tarāḍim mingkum, wa lā taqtulū anfusakum, innallāha kāna bikum raḥīmā
Artinya : 29. Hai orang-orang yang percaya, janganlah kamu saling berbagi harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
Referensi : https://www.tafsirweb.com/37121-surat-an-nisa.html
لْ لِكَ ا لْمًا لِيهِ ارًا انَ لِكَ لَى للَّهِ ا
wa may yaf'al ālika 'udwānaw wa ulman fa saufa nuṣlīhi nārā, wa kāna ālika 'alallāhi yasīrā
Artinya
: 30. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka
Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah.
Referensi : https://www.tafsirweb.com/37121-surat-an-nisa.html
Penting
untuk dipahami bahwa bukan hanya kesehatan fisik saja yang perlu diperhatikan
tapi juga kesehatan mental. Perlu penanganan khusus dalam meminimalisir depresi. Dari sisi penderita, bisa dimulai dengan berlatih memerangi setiap pikiran negative.
Caranya, dengan mulai mencari kesibukan-kesibukan positif sebagai pengalihan.
Selain itu, penderita dituntut untuk lebih terbuka.
Pada tahun
2006 Alexander Moreira-Almeida, Francisco Lotufo Neto, dan Harold G Koenig membuat
sebuah review terhadap 850 riset tentang religiusitas dan kesehatan mental. Mereka
mencoba menjawab apakah keterlibatan seseorang kepada agamanya berhubungan
dengan Kesehatan mental orang tersebut? Jika iya, bagaimana bentuk
hubungannya?.
Sumber : https://www.pexels.com/ |
Hasilnya adalah
orang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi, memiliki keadaan psikologis
yang lebih baik dibandingkan orang yang religiusitasnya rendah. Selain itu
orang dengan tingkat religiusitas tinggi, punya lebih sedikit symptom depresi
dan lebih jarang menyalahgunakan obat-obatan terlarang.
Ada beberapa upaya untuk membantu mereka yang mengalami krisis kejiwaan di antaranya konseling hotline dan kelompok dukungan Di sisi lainnya, peran keluarga maupun kerabat dekat juga tidak kalah penting Mereka bisa ikut men-support penderita dengan memberikan perhatian lebih tanpa harus mendiskriminasi Dan yang terpenting adalah selalu diri dengan sang khalik Allah ada di samping kita. 'La takhaf wa la tahzan' “Janganlah kamu bersedih, Sesungguhnya Allah bersama kita”
Posting Komentar untuk "Monster Ganas yang lahir Pasca Pandemi Covid-19"